Apa itu sampah ?
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. “Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis.” (Istilah Lingkungan untuk Manajemen, Ecolink, 1996).
Pengaruh sampah terhadap manusia dan lingkungan
Pembuangan sampah yang tidak terkontrol dan lokasi serta pengelolaan sampah yang tidak memenuhi syarat, cepat atau lambat, baik langsung maupun tidak langsung akan menimbulkan dampak negatif terhadap manusia dan lingkungan. Dampak yang ditimbulkan, antara lain :
1. Penyebab penyakit / bahaya kesehatan
Penyakit diare, kolera, tifus dan penyakit kulit serta demam berdarah (haemorhagic fever) dapat menyebar dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai, karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Keracunan juga bisa disebabkan dari sampah, contoh kasus : Telah dilaporkan bahwa di Jepang kirakira 40.000 orang meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan akumulator.
2. Pencemaran Lingkungan
Sampah dapat mencemari lingkungan,baik darat, perairan, maupun udara. Pencemaran darat yang dapat ditimbulkan oleh sampah misalnya ditinjau dari segi kesehatan sebagai tempat bersarang dan menyebarnya bibit penyakit, sedangkan ditinjau dari segi keindahan, tentu saja menurunnya estetika (tidak sedap dipandang mata).
Pencemarann perairan yang ditimbulkan oleh sampah misalnya Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis. Pencemaran udara yang ditimbulkan contohnya penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan menghasilkan asam organik dan gas-cair organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi
dapat meledak.
Selain berdampak buruk bagi manusia dan lingkungannya, keberadaan sampah yang tidak terkontrol juga berdampak pada keadaan social ekonomi bagi masyarakat.Oleh karena itu dibutuhkan cara penanganan yang tepat terhadap keberadaan sampah tersebut guna memperkecil dampak negative yang timbul .
Pengelolaan sampah di negara Jepang dan Jerman
1. Pabrik Pembakaran sampah Maishima
Di Osaka, Jepang terdapat bangunan megah dengan warna warni yang indah layaknya istana bermain, bangunan tersebut bernama Maishima Incineration Plant. Siapa yang menyangka bahwa bangunan tersebut merupakan pabrik pembakaran sampah. (lihat video diatas)
Pabrik ini dibangun pada tahun 1997 dan selesai pada tahun 2001. Dalam satu kali membakar sampah, mesin incinerator dapat membakar 450 ton sampah. Sampah dibakar dengan suhu mencapai 950 derajat Celsius. Dari pembakaran tersebut, dihasilkan panas digunakan untuk berbagai kepentingan, antara lain : pemanas ruangan, pemanas air, bahkan pembangkit listrik bagi pabrik tersebut. Selain itu, pabrik ini juga mampu menjual listrik hasil pengolahan sampah tersebut ke perusahaan listrik di kota itu. Tahun lalu, Kansa Elektric Power—perusahaan listrik di Osaka—menerima 50 juta kilowatt listrik dari pabrik pembakaran sampah Maishima.
Incenerator tersebut berteknologi tinggi, sehingga biayanya pun sangat besar, namun sepadan jika dibandingkan dengan hasilnya. Pabrik yang ada hanyalah salah satu dari 10 pabrik serupa yang ada di Osaka. Tak mengherankan jika masalah sampah di sana sudah teratasi.
Berikut beberapa foto dari pabrik tersebut :
2. Pabrik Pengelolaan sampah di Jerman
Jerman, mulai dari gerakan pelestarian lingkungan pada tahun 80-an, dan dengan sukses mereduksi volume sampah. Sesuai statistik, pada 3 tahun pertama 90-an, sampah industri Jerman berkurang 16 persen/tahun, sedangkan sampah rumah tangga telah berkurang 50 persen.
Di Jerman, untuk sampah tidak dilakukan pengurukan, melainkan langsung setelah dibakar disalurkan sebagai energi listrik. Dewasa ini Pembangkit Listrik Tenaga Insinerator adalah metoda penanganan sampah termoderen di dunia, selain tidak mencemari lingkungan, tidak merusak sumber daya air bawah tanah, juga sangat efisien pemakaian lahan dan secara mendasar menyelesaikan permasalahan penanganan sampah di perkotaan.
Jerman sekarang telah memiliki 68 buah pabrik insinerator, setiap tahun bisa menangani hampir 1,8 miliar ton sampah rumah tangga termasuk dari perindustrian dan perkantoran.
Standar pembatasan nilai emisi dioxin yang dipublikasikan Jerman adalah di bawah 0.1 ng/TEQ/m3. Karena memiliki sistem pemilahan sampah dan standar pembuangan ketat serta mekanisme monitoring dan regulasi, industri pengolahan sampah di Jerman baru bisa tak henti-hentinya meningkatkan teknologinya dan semaksimal mungkin mengurangi ancaman emisi/buangan dioxin terhadap atmosfer.
Bermasalahnya pengelolaan sampah disekitar kita bukan sekedar karena keterbatasan teknologi dan ekonomi semata, melainkan lebih pada adanya masalah budaya; kebiasaan lama, perilaku dan pola pandang kita terhadap sampah yang tidak benar dan harus dirubah. Untuk itu perlu adanya usaha dari kita semua, untuk merubah kebiasaan lama itu, agar kita dapat menyikapi masalah penanganan sampah dengan baik dan
benar.
Pengalaman Osaka dan Jerman ini bisa menjadi pelajaran bagi pengelolaan sampah di Indonesia, khususnya Jakarta yang tiap hari selalu mengalami masalah sampah. Tinggal sekarang kemauannya saja.
Baca juga e-Majalah dibawah ini :
Sumber :
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. “Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis.” (Istilah Lingkungan untuk Manajemen, Ecolink, 1996).
Pengaruh sampah terhadap manusia dan lingkungan
Pembuangan sampah yang tidak terkontrol dan lokasi serta pengelolaan sampah yang tidak memenuhi syarat, cepat atau lambat, baik langsung maupun tidak langsung akan menimbulkan dampak negatif terhadap manusia dan lingkungan. Dampak yang ditimbulkan, antara lain :
1. Penyebab penyakit / bahaya kesehatan
Penyakit diare, kolera, tifus dan penyakit kulit serta demam berdarah (haemorhagic fever) dapat menyebar dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai, karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Keracunan juga bisa disebabkan dari sampah, contoh kasus : Telah dilaporkan bahwa di Jepang kirakira 40.000 orang meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan akumulator.
2. Pencemaran Lingkungan
Sampah dapat mencemari lingkungan,baik darat, perairan, maupun udara. Pencemaran darat yang dapat ditimbulkan oleh sampah misalnya ditinjau dari segi kesehatan sebagai tempat bersarang dan menyebarnya bibit penyakit, sedangkan ditinjau dari segi keindahan, tentu saja menurunnya estetika (tidak sedap dipandang mata).
Pencemarann perairan yang ditimbulkan oleh sampah misalnya Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis. Pencemaran udara yang ditimbulkan contohnya penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan menghasilkan asam organik dan gas-cair organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi
dapat meledak.
Selain berdampak buruk bagi manusia dan lingkungannya, keberadaan sampah yang tidak terkontrol juga berdampak pada keadaan social ekonomi bagi masyarakat.Oleh karena itu dibutuhkan cara penanganan yang tepat terhadap keberadaan sampah tersebut guna memperkecil dampak negative yang timbul .
Pengelolaan sampah di negara Jepang dan Jerman
1. Pabrik Pembakaran sampah Maishima
Di Osaka, Jepang terdapat bangunan megah dengan warna warni yang indah layaknya istana bermain, bangunan tersebut bernama Maishima Incineration Plant. Siapa yang menyangka bahwa bangunan tersebut merupakan pabrik pembakaran sampah. (lihat video diatas)
Pabrik ini dibangun pada tahun 1997 dan selesai pada tahun 2001. Dalam satu kali membakar sampah, mesin incinerator dapat membakar 450 ton sampah. Sampah dibakar dengan suhu mencapai 950 derajat Celsius. Dari pembakaran tersebut, dihasilkan panas digunakan untuk berbagai kepentingan, antara lain : pemanas ruangan, pemanas air, bahkan pembangkit listrik bagi pabrik tersebut. Selain itu, pabrik ini juga mampu menjual listrik hasil pengolahan sampah tersebut ke perusahaan listrik di kota itu. Tahun lalu, Kansa Elektric Power—perusahaan listrik di Osaka—menerima 50 juta kilowatt listrik dari pabrik pembakaran sampah Maishima.
Incenerator tersebut berteknologi tinggi, sehingga biayanya pun sangat besar, namun sepadan jika dibandingkan dengan hasilnya. Pabrik yang ada hanyalah salah satu dari 10 pabrik serupa yang ada di Osaka. Tak mengherankan jika masalah sampah di sana sudah teratasi.
Berikut beberapa foto dari pabrik tersebut :
2. Pabrik Pengelolaan sampah di Jerman
Jerman, mulai dari gerakan pelestarian lingkungan pada tahun 80-an, dan dengan sukses mereduksi volume sampah. Sesuai statistik, pada 3 tahun pertama 90-an, sampah industri Jerman berkurang 16 persen/tahun, sedangkan sampah rumah tangga telah berkurang 50 persen.
Di Jerman, untuk sampah tidak dilakukan pengurukan, melainkan langsung setelah dibakar disalurkan sebagai energi listrik. Dewasa ini Pembangkit Listrik Tenaga Insinerator adalah metoda penanganan sampah termoderen di dunia, selain tidak mencemari lingkungan, tidak merusak sumber daya air bawah tanah, juga sangat efisien pemakaian lahan dan secara mendasar menyelesaikan permasalahan penanganan sampah di perkotaan.
Jerman sekarang telah memiliki 68 buah pabrik insinerator, setiap tahun bisa menangani hampir 1,8 miliar ton sampah rumah tangga termasuk dari perindustrian dan perkantoran.
Standar pembatasan nilai emisi dioxin yang dipublikasikan Jerman adalah di bawah 0.1 ng/TEQ/m3. Karena memiliki sistem pemilahan sampah dan standar pembuangan ketat serta mekanisme monitoring dan regulasi, industri pengolahan sampah di Jerman baru bisa tak henti-hentinya meningkatkan teknologinya dan semaksimal mungkin mengurangi ancaman emisi/buangan dioxin terhadap atmosfer.
Bermasalahnya pengelolaan sampah disekitar kita bukan sekedar karena keterbatasan teknologi dan ekonomi semata, melainkan lebih pada adanya masalah budaya; kebiasaan lama, perilaku dan pola pandang kita terhadap sampah yang tidak benar dan harus dirubah. Untuk itu perlu adanya usaha dari kita semua, untuk merubah kebiasaan lama itu, agar kita dapat menyikapi masalah penanganan sampah dengan baik dan
benar.
Pengalaman Osaka dan Jerman ini bisa menjadi pelajaran bagi pengelolaan sampah di Indonesia, khususnya Jakarta yang tiap hari selalu mengalami masalah sampah. Tinggal sekarang kemauannya saja.
Baca juga e-Majalah dibawah ini :
Sumber :
- industri10dini.blog.mercubuana.ac.id/]
- http://vod.kompas.com/
- http://issuu.com/bursa-arsitektur
No comments:
Post a Comment