Presiden pertama Indonesia, Soekarno
disebut-sebut menyumbangkan ide arsitekturalnya dalam renovasi Masjidil
Haram. Ide tersebut tercetus saat Soekarno menunaikan ibadah Haji.
Saat Soekarno menunaikan ibadah Haji, dia tidak melewatkan perhatiannya terhadap kondisi Masjidil Haram di Makah. Sebagai seorang arsitek, Soekarno tergerak untuk memberikan sumbangan ide arsitektural kepada Pemerintah Arab Saudi agar membuat bangunan untuk melakukan salah satu ritual haji yaitu Sa'i, menjadi dua jalur dalam bangunan dua lantai.
"Semula bangunan tersebut tidak bertingkat. Begitu jamaahnya setiap tahun bertambah, semakin padat, akibatnya menyengsarakan bagi para jamaah. Usulan Bung Karno sebagai seorang insinyur sipil sangat tepat untuk mengatasi kesumpekan itu," kata Profesor Tata Kota Eko Budiharjo seperti dikutip dalam buku "Bung Karno Sang Arsitek" karya Yuke Ardhiati, Selasa (23/7/2013).
Nampaknya, ide arsitektural tersebut menular hingga kini. Meskipun bukan lagi penyumbang ide, kontraktor asal Indonesia menjadi subkontraktor dalam renovasi Masjidil Haram tersebut.
PT Wijaya Karya Tbk bekerjasama dengan Bin Laden Construction untuk mengerjakan proyek renovasi yang pada tahap pertama bernilai Rp92 miliar. Bin Laden Construction merupakan kontraktor terbesar di Arab. Bahkan, mereka memiliki hak prerogatif atas renovasi Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.
Tak hanya Waskita Karya, perusahaan BUMN lainnya, yaitu PT Wijaya Karya Tbk, juga tak mau kalah. Perusahaan tersebut saat ini sedang melakukan negosiasi untuk pengembangan kawasan di Masjidil Haram.
Pengembangan kawasan tersebut adalah pembangunan tujuh tower hotel yang masing-masing tower terdiri dari 1.000 kamar hotel. Tak tanggung-tanggung, nilai proyek tersebut mencapai Rp2 triliun.
[Sumber : http://property.okezone.com]
Baca juga : "Grand Design Perluasan Majidil Haram Makkah"
Saat Soekarno menunaikan ibadah Haji, dia tidak melewatkan perhatiannya terhadap kondisi Masjidil Haram di Makah. Sebagai seorang arsitek, Soekarno tergerak untuk memberikan sumbangan ide arsitektural kepada Pemerintah Arab Saudi agar membuat bangunan untuk melakukan salah satu ritual haji yaitu Sa'i, menjadi dua jalur dalam bangunan dua lantai.
"Semula bangunan tersebut tidak bertingkat. Begitu jamaahnya setiap tahun bertambah, semakin padat, akibatnya menyengsarakan bagi para jamaah. Usulan Bung Karno sebagai seorang insinyur sipil sangat tepat untuk mengatasi kesumpekan itu," kata Profesor Tata Kota Eko Budiharjo seperti dikutip dalam buku "Bung Karno Sang Arsitek" karya Yuke Ardhiati, Selasa (23/7/2013).
Nampaknya, ide arsitektural tersebut menular hingga kini. Meskipun bukan lagi penyumbang ide, kontraktor asal Indonesia menjadi subkontraktor dalam renovasi Masjidil Haram tersebut.
PT Wijaya Karya Tbk bekerjasama dengan Bin Laden Construction untuk mengerjakan proyek renovasi yang pada tahap pertama bernilai Rp92 miliar. Bin Laden Construction merupakan kontraktor terbesar di Arab. Bahkan, mereka memiliki hak prerogatif atas renovasi Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.
Tak hanya Waskita Karya, perusahaan BUMN lainnya, yaitu PT Wijaya Karya Tbk, juga tak mau kalah. Perusahaan tersebut saat ini sedang melakukan negosiasi untuk pengembangan kawasan di Masjidil Haram.
Pengembangan kawasan tersebut adalah pembangunan tujuh tower hotel yang masing-masing tower terdiri dari 1.000 kamar hotel. Tak tanggung-tanggung, nilai proyek tersebut mencapai Rp2 triliun.
[Sumber : http://property.okezone.com]
Baca juga : "Grand Design Perluasan Majidil Haram Makkah"
No comments:
Post a Comment