JAKARTA, KOMPAS.com - Arsitek dipandang memiliki peranan penting dalam melakukan sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya bangunan hijau atau green building. Peran arsitek perlu ditambah dengan merubah konsep berpikir menuju high performance building.
Rana Yusuf, Director Rating and Technology Green Building Council Indonesia (GBCI), menambahkan, konsep berpikir para arsitek bisa ditambah dengan satu paramater penilaian.
"Kalau dulu hanya berbicara bangunan dari sisi estetika, fungsi bangunan, fungsi organisasi ruang, kini ditambah satu parameter, yaitu menuju high performance building. Artinya, bukan sekedar hemat energi atau hemat air, tapi membangun gedung dengan indoor quality yang baik menjadi gedung aman dan sehat," papar Rana.
Rana mengatakan, biaya paling mahal membangun gedung bersertifikat hijau pada sektor energi. Namun, hal ini bisa diatasi apabila arsitek menerapkan passive design pada rancangannya.
"Menerapkan passive design bisa menghemat sampai 55 persen yang sangat signifikan untuk gedung, sehingga membuat gedung jadi lebih efiseien" jelasnya.
Penerapan passive design, lanjut Rana, bisa dilakukan mencontoh gedung pemerintah bersertifikat hijau pertama, yakni gedung Laboratorium Gas di Jalan Ciledug Raya.
"Beban AC itu paling tinggi, tapi bisa disiasati lewat fasad, memakai shading, beban jenis kaca diperhatikan, luasan kaca jangan juga besar-besar, juga memasukkan sinar matahari dengan reflektor," kata Rana.
No comments:
Post a Comment