[Sumber foto : http://bursa-arsitektur.blogspot.com/]
Design arsitektur minimalis yang tengah marak saat ini sebenarnya bukan bentuk arsitektur baru. Sejak awal tahun 1920-an sampai bersinar kembali pada tahun 1990-an, telah hadir dengan faktor pemicu, interpretasi dan aplikasi ”simplicity” yang khas dari satu arsitek dengan arsitek lainnya.
Sebenarnya, Le Corbusier dan Ludwig Mies
van der Rohe adalah dua dari sekian banyak arsitek yang memberi pengaruh
warna kesederhanaan (simplicity) yang signifikan dalam dinamika arsitektur desain minimalis sejak dulu hingga kini.
Kritikus seni Juan Carlos Rego dalam buku Minimalism: Design Source (Page One, Singapore, 2004) mengungkapkan, design architecture
minimalis merupakan pendekatan estetika yang mencerminkan
kesederhanaan. Fenomena ini tumbuh di berbagai bidang, seperti seni
lukis, patung, interior, arsitektur, mode, dan musik. Akan tetapi, awal
pertumbuhan dan faktor pemicu tumbuhnya arsitektur desain minimalis di berbagai bidang bersifat khas dan tidak dapat digeneralisasi.
Minimalis dalam seni lukis dan patung
dikenal dengan sebutan Minimal Art, ABC Art, atau Cool Art. Pancaran
kesederhanaan Minimal Art dapat dirasakan dari ungkapan pelukis Frank
Stella, ”What you see is what you see.”
Minimal Art berkembang di Amerika pada
tahun 1960-an sebagai reaksi terhadap aliran abstrakt-ekspresionisme
yang mendominasi dunia seni tahun 1950-an. Abstrakt-ekspresionisme
mengekspos nilai emosi individual, sedangkan Minimal Art mengekspos
nilai universal melalui bentuk abstrak dan geometris dalam komposisi
matematis.Pasang-surut
Minimalis dalam arsitektur menekankan hal-hal yang bersifat esensial dan fungsional. Bentuk-bentuk geometris elementer tanpa ornamen atau dekorasi menjadi karakternya. Mengacu pada pendapat Carlos Rego itu, dapat dikatakan arsitektur minimalis mulai tumbuh pada awal abad ke-20 yang dikenal sebagai abad Modern, abad yang diramaikan berbagai kemajuan sebagai dampak dari Revolusi Industri.
Minimalis dalam arsitektur menekankan hal-hal yang bersifat esensial dan fungsional. Bentuk-bentuk geometris elementer tanpa ornamen atau dekorasi menjadi karakternya. Mengacu pada pendapat Carlos Rego itu, dapat dikatakan arsitektur minimalis mulai tumbuh pada awal abad ke-20 yang dikenal sebagai abad Modern, abad yang diramaikan berbagai kemajuan sebagai dampak dari Revolusi Industri.
Inovasi berbagai material arsitektur bangunan
seperti baja, beton, dan kaca, standardisasi dan efisiensi memberi
tantangan baru dalam dunia rancang bangun. Beragam pemikiran dikemukakan
para arsitek di daratan Eropa maupun Amerika. Pada saat itu pun mereka
tengah berusaha mencari format arsitektur baru yang mencerminkan
semangat zaman dengan mencoba meninggalkan pengaruh desain bangunan arsitektur klasik.
Ada kelompok arsitek yang memaknai kemajuan zaman itu dengan tetap mempertahankan spirit dekoratif desain arsitektur klasik, tetapi menggunakan motif nonklasik. Contohnya, arsitektur Art Deco tahun 1920-an.
Ada juga yang mengeksplorasi bentuk
geometri murni dan antidekorasi, seperti terlihat pada karya Le
Corbusier pada tahun 1920-an. Ada juga yang mengeksplorasi integrasi
kemajuan industri, teknologi dalam arsitektur, dan antidekorasi, seperti
terlihat pada karya Ludwig Mies van der Rohe. Dua kelompok terakhir
yang menyiratkan bentuk elementer, fungsional, dan antidekorasi ini
dapat disebut sebagai design arsitektur minimalis.
Seiring dengan perjalanan waktu, pengintegrasian kemajuan industri dan teknologi dalam arsitektur bangunan
mendominasi arah perkembangan arsitektur. Kehadirannya yang terasa di
berbagai belahan dunia membuatnya dijuluki sebagai International Style.
[Sumber : http://arsitekkampung.wordpress.com]
No comments:
Post a Comment