Monday, October 13, 2025

3 Sosok Arsitek Masjidilharam dan Masjid Nabawi

3 Sosok Arsitek Masjidilharam dan Masjid Nabawi, 

Masjidilharam di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah adalah dua situs tersuci umat Islam di Kerajaan Arab Saudi. Sedangkan situs suci ketiga adalah Masjid al-Aqsa di Yerusalem. 

Masjidilharam dan Masjid Nabawi tercatat sebagai proyek arsitektur dan rekayasa terbesar di dunia Islam yang melibatkan banyak arsitek, konsultan, dan kontraktor internasional. 

Tidak ada satu arsitek tunggal karena setiap tahap perluasan dilakukan oleh tim berbeda sesuai zaman dan keputusan raja yang berkuasa di Arab Saudi. 

Masjidilharam mengalami perluasan di era Raja Abdulaziz (mulai 1955), kemudian di era Raja Fahd (1980-an hingga 1990-an), selanjutnya di era Raja Abdullah (2007–2015), dan juga di era Raja Salman (2015–sekarang). 

Begitu juga Masjid Nabawi yang mengalami perluasan di era Raja Abdulaziz (1950-an), kemudian di era Raja Fahd (1985–1994), dan di era Raja Abdullah (2007–2015). 

3 Sosok Arsitek Utama Masjidilharam dan Masjid Nabawi 

1. Sheikh Mohamed Kamal Ismail, Dikenal Menolak Dibayar 


Sheikh Mohamed Kamal Ismail merupakan arsitek rendah hati asal Mesir. Dialah di Balik kemegahan Masjidilharam dan Masjid Nabawi seperti yang terlihat sekarang ini. 

Dia bukan sekadar perancang bangunan, melainkan tokoh yang memadukan sains, seni, dan spiritualitas dalam karyanya. 

Sheikh Mohamed Kamal Ismail lahir di Mesir pada 1908. Dia menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Universitas Fouad I (kini Universitas Kairo), kemudian melanjutkan studi arsitektur di École des Beaux-Arts Paris. 

Uniknya, selain menguasai teknik arsitektur modern, Ismail juga memperdalam hukum Islam dan seni bangunan Islam klasik, menjadikannya figur langka yang mampu menjembatani tradisi dan modernitas. 

Ketika Raja Fahd bin Abdulaziz Al Saud memulai proyek besar perluasan Masjidilharam dan Masjid Nabawi pada 1980-an, Ismail dipilih langsung sebagai arsitek utama. Pilihan ini tidak lepas dari reputasinya sebagai pakar arsitektur Islam yang menguasai aspek estetika, struktural, sekaligus hukum syariah. 

Ismail memimpin desain perluasan besar yang menambah area tawaf (mataf), shaf, dan fasilitas penunjang tanpa merusak keaslian Kakbah dan bangunan bersejarah di sekitarnya. 

Sedangkan di proyek Masjid Nabawi, Ismail merancang perluasan harmonis yang mengintegrasikan kubah hijau bersejarah dengan ruang salat modern yang luas. Karya ini juga memperkenalkan sistem mekanik modern, seperti pendingin udara terintegrasi, namun tetap mempertahankan kesakralan. 

Salah satu kisah paling terkenal adalah keputusannya menolak menerima bayaran dari proyek perluasan dua masjid suci. 

Bagi Ismail, kehormatan bisa mengabdi untuk Baitullah dan Masjid Rasulullah lebih berharga daripada harta. Sikap ini membuatnya dikenang sebagai arsitek dengan integritas spiritual yang tinggi. 

Sheikh Mohamed Kamal Ismail wafat pada 2008 di Mesir. Namanya tidak selalu populer di media, tetapi bagi kalangan arsitek dan sejarawan Islam, dia adalah figur monumental. Karyanya masih hidup dalam setiap langkah jutaan jamaah yang menunaikan ibadah haji dan umrah. 

2. Dar Al-Handasah, Berperan dalam Kemegahan 2 Masjid Suci 

Ketika umat Islam dari seluruh dunia menyaksikan kemegahan Masjidilharam di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah, sedikit yang mengetahui bahwa di balik desain modern dan tata ruangnya terdapat jejak sebuah firma arsitektur asal Lebanon: Dar Al-Handasah (Shair and Partners). 

Sejak berdiri pada 1956 di Beirut, perusahaan ini berkembang menjadi salah satu konsultan arsitektur dan teknik terbesar di dunia Arab, dengan portofolio yang mencakup proyek infrastruktur, bandara, jembatan, hingga bangunan ikonik keagamaan. 

Didirikan oleh empat insinyur muda Lebanon—Kamal Shair, Nazih Taleb, Suheil Sami Khalaf, dan Khalil Chartouni—Dar Al-Handasah awalnya fokus pada proyek infrastruktur di Timur Tengah yang sedang tumbuh pesat pasca-kolonial. 

Reputasinya menanjak berkat kualitas desain dan kemampuan memadukan teknologi Barat dengan kebutuhan lokal. Pada 1970-an, firma ini mulai menembus pasar internasional, termasuk Afrika, Asia, dan Eropa. 

Kini, Dar Al-Handasah memiliki lebih dari 45 kantor di berbagai negara, dengan markas besar di Beirut, Kairo, London, Pune, dan Amman. Mereka dikenal sebagai salah satu konsultan teknik terbesar dunia dengan puluhan ribu karyawan lintas disiplin. 

Proyek perluasan Masjidilharam dan Masjid Nabawi pada era Raja Fahd (1980-an) hingga Raja Abdullah (2000-an) menandai puncak keterlibatan Dar Al-Handasah dalam proyek keagamaan. Firma ini dipercaya sebagai konsultan utama, bekerja sama dengan kontraktor besar seperti Saudi Binladin Group. 

Dalam proyek Masjidilharam, Dar Al-Handasah bertugas menyusun masterplan perluasan, termasuk desain bangunan baru, area tawaf yang lebih luas, sistem pendingin udara raksasa, serta jaringan transportasi internal. 

Sedangkan dalam proyek Masjid Nabawi, firma ini membantu merancang tata ruang baru yang mampu menampung jutaan jamaah, mengintegrasikan fasilitas modern tanpa merusak harmoni Kubah Hijau yang bersejarah. 

Selain dua masjid suci, Dar Al-Handasah juga terlibat dalam sejumlah proyek besar, seperti: Bandara Internasional King Abdulaziz di Jeddah, jembatan besar di Mesir dan Teluk Arab, dan proyek urbanisasi di Afrika Utara dan Teluk. 

3. SL Rasch GmbH, Arsitek di Balik Payung Raksasa Masjid Nabawi dan Jam Menara Makkah 

Di balik teknologi arsitektur canggih yang kini mewarnai dua masjid suci umat Islam, terdapat jejak sebuah firma asal Jerman: SL Rasch GmbH Special and Lightweight Structures. 

Berbasis di Stuttgart, perusahaan ini dikenal sebagai pionir dalam bidang desain struktur ringan dan inovasi arsitektur berteknologi tinggi. Dengan spesialisasi uniknya, SL Rasch telah memberikan kontribusi monumental di Masjid Nabawi dan kawasan Masjidilharam. 

SL Rasch GmbH didirikan pada awal 1980-an oleh Mahmud Bodo Rasch, seorang arsitek Jerman yang kemudian memeluk Islam. 

Rasch menekuni desain struktur ringan (lightweight structures), memadukan prinsip teknik sipil, arsitektur, dan estetika modern. Filosofinya adalah menciptakan bangunan yang fungsional, ramah lingkungan, dan harmonis dengan konteks budaya. 

Kontribusi paling terkenal SL Rasch adalah rancangan payung raksasa otomatis di halaman Masjid Nabawi. Payung ini berfungsi melindungi jamaah dari panas terik dan hujan, dapat membuka dan menutup secara otomatis sesuai kondisi, dan dirancang dengan material canggih yang mampu bertahan dalam kondisi iklim ekstrem. 

Total ada lebih dari 250 payung raksasa yang dipasang, menjadikannya salah satu proyek arsitektur-spiritual paling inovatif abad ke-20. 

Selain di Madinah, SL Rasch juga terlibat dalam desain Jam Menara Abraj al-Bait (Makkah Clock Tower), yang kini menjadi salah satu ikon modern di dekat Masjidilharam. Firma ini merancang sistem struktur ringan untuk menara jam terbesar di dunia, lengkap dengan kaligrafi bercahaya yang dapat terlihat dari puluhan kilometer.

Dalam sebuah wawancara, Mahmud Bodo Rasch menegaskan bahwa proyek di Masjid Nabawi bukan semata urusan bisnis. Firma ini menolak mengambil keuntungan besar, hanya menutup biaya riset dan material, karena menganggap kontribusi pada Masjid Nabi sebagai kehormatan spiritual. 

Existing Site :


View Larger Map

Sumber : https://international.sindonews.com/read/

Wednesday, November 6, 2024

7 Fakta The Mukaab, Gedung Pencakar Langit Saudi Mirip 'Ka'bah Baru'


7 Fakta The Mukaab, Gedung Pencakar Langit Saudi Mirip 'Ka'bah Baru' 


Proyek ambisius Arab Saudi, The Mukaab, menjadi sorotan usai negara kerajaan itu mengumumkan akan mendirikan bangunan raksasa berbentuk kubus setinggi 400 meter.  

Jika terealisasi, bangunan yang disebut sejumlah pihak bak Ka'bah baru ini akan menjadi gedung tertinggi di Riyadh dan menjadi pusat baru ibu kota. 

Dalam pernyataan resmi, Saudi menyatakan The Mukaab akan menarik pengunjung dari mancanegara. Gedung ini bagian dari proyek The New Muraba Development Company yang dipimpin langsung oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MbS). 

" Pusat kota modern terbesar di dunia. Inilah wajah baru Riyadh," demikian pernyataan soal The Mukaab di situs resmi New Muraba. 

Terlepas dari klaim Saudi, berikut fakta-fakta soal proyek The Mukaab. 

1. Setinggi 400 meter 


Gedung pencakar langit ini bakal memiliki ketinggian 400 meter dengan panjang setiap sisinya 400 meter. 

Bangunan berbentuk kubus juga akan ditutup dengan fasad atau muka bangunan yang berbentuk segitiga tumpang tindih. Gedung ini terinspirasi gaya arsitektur di wilayah Najd. 

2. Luas The Makaab bisa untuk bangun 20 istana 


Dalam pernyataan resmi, Saudi juga mengklaim proyek itu cukup besar untuk bisa membangun 20 bangunan istana. 

3. Akan diisi ribuan hunian dan hiburan 


Gedung tersebut nantinya akan berisi pameran budaya dan wisata, teater imersif, serta atrium. 

Di kawasan itu pula akan dibangun lebih dari 100 ribu unit hunian, 9.000 kamar hotel, 980 ribu meter untuk pertokoan, dan 1,4 meter persegi untuk ruang kantor. 

Selain itu, The Mukaab bakal menampung 80 tempat hiburan dan budaya universitas teknologi dan desain, ruang serba guna dan museum ikonik. 

4. Diklaim selesai 2030 


Pemerintah Saudi menyatakan proyek ini akan selesai pada 2030. 

5. Tambah cuan Saudi hingga Rp728 T 


Proyek itu disebut akan menambah pemasukan ekonomi Saudi sebesar 180 miliar riyal atau sekitar Rp728 triliun, demikian dikutip Middle East Eye.
The Mukaab juga bakal menciptakan 334 ribu lapangan pekerjaan langsung dan tak langsung, demikian menurut pernyataan resmi. 

6. Sesuai visi Saudi 2030 


Menurut media arsitektur, Dezeen, The Mukaab merupakan salah satu mega proyek yang dikembangkan Saudi. Pembangunan ini didanai Dana Investor Publik (Public Investment Fund) sebagai bagian dari VISI 2030. 

Visi 2030 merupakan kerangka strategi untuk mendiversifikasi ekonomi negara dalam bentuk budaya, hiburan atau yang lain, agar pemasukan tak bergantung pada minyak. 

7. Panen kritik, disebut Ka'bah Baru 


Namun, kemegahan proyek itu tak membuat warga semringah.
Beberapa netizen mengkritik The Makaab mirip 'Ka'bah baru.' 

"Membangun Ka'bah baru yang secara eksklusif dikhususkan untuk kapitalisme agak terlalu sulit," kata jurnalis Murtaza Hussain di media sosial. 

Sementara itu, akademisi Asad Abu Khalil juga menyampaikan hal serupa. 

"Tampaknya [MbS] sedang membangun Ka'bahnya sendiri. Apakah dia akan menjadikan ini kiblat baru untuk para jemaahnya," ujar Khalil di Twitter. 


Dapatkan soft-disain rumah tempat tinggal di halaman [KLIK DISINI]
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...