Jembatan tersebut unik karena terbuat dari bambu petung sepanjang 18 meter dengan lebar 2 meter. Arsitek jembatan bambu adalah anggota Arsitek Swadaya dan Fasilitasi (ASF) dari Bandung, Andrea Fitrianto, dalam rangkaian proyek Bamboo Biennale 2016 Oktober lalu.
Sebagai bagian dari Biennale Bambu kedua yang diadakan pada bulan Oktober 2016, kota Solo di Jawa Tengah menerima izin dari pembuatan jembatan bambu dari Arsitek Swadaya dan Fasilitasi (ASF-ID). Yang menghubungkan pasar Pasar Gede dan Benteng Vastenburg Belanda kolonial, struktur bambu setinggi 18 meter ini menawarkan revitalisasi kehidupan sungai di kota bersejarah Indonesia.
Jembatan tersebut unik karena terbuat dari bambu petung sepanjang 18 meter dengan lebar 2 meter. Arsitek jembatan bambu adalah anggota Arsitek Swadaya dan Fasilitasi (ASF) dari Bandung, Andrea Fitrianto, dalam rangkaian proyek Bamboo Biennale 2016 Oktober lalu.
Bukan saja menjadi ikon baru kota Solo, jembatan Kali Pepe ini juga telah diliput beritanya oleh berbagai media luar negri, mulai media Asia hingga Eropa. Diterjemahkan dalam berbagai bahasa.
 |
| Model skala sedang dibangun dan diuji di laboratorium rekayasa Universitas Katolik Parahyangan |
Bukan saja menjadi ikon baru kota Solo, jembatan Kali Pepe ini juga telah diliput beritanya oleh berbagai media luar negri, mulai media Asia hingga Eropa. Diterjemahkan dalam berbagai bahasa.
Sebagai bagian dari Biennale Bambu kedua yang diadakan pada bulan Oktober 2016, kota Solo di Jawa Tengah menerima izin dari pembuatan jembatan bambu dari Arsitek Swadaya dan Fasilitasi (ASF-ID). Yang menghubungkan pasar Pasar Gede dan Benteng Vastenburg Belanda kolonial, struktur bambu setinggi 18 meter ini menawarkan revitalisasi kehidupan sungai di kota bersejarah Indonesia.
Integral untuk proyek ini adalah pengenalan bambu sebagai bahan yang layak untuk infrastruktur publik. Sebagai bagian dari proses perancangan awal, model skala telah diuji di laboratorium teknik di Universitas Katolik Parahyangan. Untuk proyek ini, Arsitek Indonesia Tanpa Batas mengungkapkan dimensi lain pada arsitektur bambu yang selaras dengan pembangunan berkelanjutan PBB.
Tukang kayu berpengalaman telah diundang dari yogyakarta untuk memimpin proses konstruksi selama periode oktober-november 2016 untuk bienal bambu kedua. Spesies bambu petung (dendrocalamus asper) yang disediakan oleh bambubos telah dilakukan treatment terlebih dahulu sehingga terhindar dari serangan hama dan jamur. Atap yang cukup juga dipasok untuk memperpanjang umur bambu, sementara mobile crane digunakan untuk mengangkat dan memasang jembatan yang setengah selesai pada pondasi.
Komunitas Kampung Ketandan yang berdekatan juga berkontribusi dalam pembangunan dan pengelolaan jembatan, melalui penyediaan penginapan untuk tukang kayu dan sukarelawan. Penduduk setempat selanjutnya setuju untuk menjaga dan merawat struktur yang merupakan yang pertama di indonesia. Dalam rangka mempromosikan bambu sebagai bahan yang menjanjikan untuk masa depan, jembatan ini menunjukkan nilai tanaman tersebut sebagai fasilitas umum di dalam kota .
Sumber : https://www.ikons.id
Baca juga :
Sumber : https://www.ikons.id
Baca juga :
- Green School di Bali, di Desain dari Bambu
- Cocoon-Like Vertical Bamboo Towers Are High Tech and Primitive at The Same Time
- Lihat Sistem Konstrusi Penyambungan [klik disini]
No comments:
Post a Comment