Si Kompeten tapi Menyebalkan atau si Kurang Cerdas yang Menyenangkan?
---
BEGITU banyak sifat dan karakter rekan kerja di kantor. Ada yang menyenangkan, ada yang menyebalkan. Ada yang bekerja dengan baik, ada yang tidak. Di antara yang buruk, yang mana yang lebih banyak dipilih?
Mungkin saja ada yang karyawan yang beranggapan bahwa tak masalah jika dibenci atau kurang disukai rekan kerja yang lain, selama dia mampu mengerjakan pekerjaannya dengan baik dan benar. Namun, apakah karyawan dan atasan memiliki pendapat yang sama?
“Sayangnya tidak. Suka atau tidak, orang lebih menyukai pribadi yang menyenangkan daripada pribadi yang kompeten, tapi menyebalkan,” kata Tiziana Casciaro, dalam Harvard Business Review report: “Competent Jerks, Lovable Fools, and the Formation of Social Network” yang dibuatnya bersama Miguel Sousa Lobo.
Dalam laporan tersebut keduanya mengidentifikasi empat kepribadian yang ada di lingkungan kerja. Mereka yaitu “si kompeten yang menyenangkan” (loveable star), “si kurang cerdas yang menyenangkan” (loveable fool), “si kompeten yang menyebalkan ” (competent jerk), dan “si kurang cerdas yang menyebalkan” (incompetent jerk). Manajer dan rekan kerja tentu saja akan memilih yang pertama dan menghindari yang terakhir.
Namun jika harus memilih di antara yang kedua dan ketiga, ada hal yang menarik di sini. Kalangan manajer sering kali mengatakan bahwa kompetensi lebih diutamakan dibanding faktor like and dislike. Namun kenyataan di lapangan justru terbalik dari itu.
Orang-orang lebih suka memilih orang yang cocok atau disukainya dibanding orang yang kompeten, namun tidak disukainya atau tidak disukai lingkungannya.
Si kompeten yang menyebalkan
Seperti apakah orang-orang yang masuk kategori ini? “Mereka adalah orang-orang yang merasa harus selalu menjadi yang terbaik. Mereka perlu untuk membuktikan bahwa mereka adalah orang-orang yang patut dipuji dan dipertahankan di perusahaan. Bisa jadi mereka melakukan apa pun untuk mencapai tujuan ini,” tandas konsultan Sharon Melnick,seperti dikutip dari monster.com.
“Mereka adalah orang yang senang menyimpan informasi penting hanya untuk dirinya sendiri. Mereka sulit untuk bekerja sama dengan orang lain dan menghambat orang lain untuk bisa bekerja dengan baik,” tambah konsultan karier lainnya, Laura Tully.
Tak cuma itu, menurut Melnick, seorang karyawan yang pintar namun brengsek adalah mereka yang gemar mengklaim keberhasilan orang lain sebagai keberhasilannya. Mereka juga gemar mencela ide orang lain dan membuat orang lain terlihat buruk.
“Kalau rekan yang lain meninggalkan atau menjauhi dirinya, maka dia akan menyalahkan rekan tersebut. Intinya, dia selalu punya alasan atas segala hal,” kata Melnick.
Jika karyawan yang kompeten dan berperilaku baik mendapatkan keberhasilan lewat koneksi dan hubungan yang baik dengan banyak kalangan serta melihat kepada perkembangan perusahaan, maka si kompeten yang menyebalkan akan selalu menghitunghitung berapa besar energi yang sudah dikeluarkannya dan berapa besar keuntungan yang kembali kepadanya.
Mengubah diri
Jika Anda tergolong karyawan kompeten yang menyebalkan, cobalah perbaiki diri Anda. Anda mungkin selalu mampu mengerjakan pekerjaan dengan baik. Atasan boleh jadi selalu puas dengan hasil kerja Anda.Namun, bisa jadi pula sesungguhnya tak ada yang mau menjadi rekan kerja Anda atau bekerja setim dengan Anda. Bukankah sebagai manusia, hal itu menyedihkan?
Karena itulah, cobalah untuk mengevaluasi kerja dan sikap Anda pada rekan kerja yang lain. Jujurlah kepada diri Anda sendiri tentang sikap dan respons rekan kerja Anda terhadap Anda.
Semakin Anda jujur, semakin Anda bisa menemukan inti masalah dan mencari solusinya. Kalau perlu, tanyalah manajer dan rekan kerja yang bisa Anda percaya dan tanyakan perihal sikap dan perilaku Anda di kantor.
Hasilnya mungkin akan menyakitkan, namun justru bisa membuat Anda memahami segala hal yang telah terjadi. Cara lainnya yang bisa Anda lakukan adalah menganalisa tentang hubungan Anda dengan rekan kerja.
Apakah mereka senang saat melihat Anda ada di tempat kerja? Apakah mereka mengajak Anda berbincang, baik saat jeda bekerja maupun saat istirahat? Apakah Anda menjadi bagian dari komunitas rekan kerja?
Dan apakah Anda sering diikutsertakan dalam proyek kantor? Jika jawabnya “tidak”, sudah saatnya Anda memperbaiki sikap buruk Anda di tempat kerja. Cobalah untuk mulai mendengarkan. Cara terbaik untuk bisa memahami orang lain adalah dengan mendengarkan perkataan mereka. Jika Anda bisa memahami mereka, maka Anda akan menjadi karyawan yang menyenangkan.
“Kalaupun Anda tidak bisa menyenangkan, setidaknya dengan mendengarkan dan memahami orang lain Anda bisa jadi karyawan yang dihargai atau dihormati,” ujar Melnick.
Intinya, cobalah untuk mencari tahu apa kelemahan dan kelebihan Anda. Setelah itu, cari cara untuk mengembangkan kelebihan dan meminimalisasi kelemahan. Dengan begitu, Anda bisa saja berubah dari “competent jerk” menjadi “loveable star”.
Oleh : Jurnalis - SINDO
No comments:
Post a Comment