3 Sosok Arsitek Masjidilharam dan Masjid Nabawi,
Masjidilharam di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah adalah dua situs tersuci umat Islam di Kerajaan Arab Saudi. Sedangkan situs suci ketiga adalah Masjid al-Aqsa di Yerusalem.
Masjidilharam dan Masjid Nabawi tercatat sebagai proyek arsitektur dan rekayasa terbesar di dunia Islam yang melibatkan banyak arsitek, konsultan, dan kontraktor internasional.
Tidak ada satu arsitek tunggal karena setiap tahap perluasan dilakukan oleh tim berbeda sesuai zaman dan keputusan raja yang berkuasa di Arab Saudi.
Masjidilharam mengalami perluasan di era Raja Abdulaziz (mulai 1955), kemudian di era Raja Fahd (1980-an hingga 1990-an), selanjutnya di era Raja Abdullah (2007–2015), dan juga di era Raja Salman (2015–sekarang).
Begitu juga Masjid Nabawi yang mengalami perluasan di era Raja Abdulaziz (1950-an), kemudian di era Raja Fahd (1985–1994), dan di era Raja Abdullah (2007–2015).
3 Sosok Arsitek Utama Masjidilharam dan Masjid Nabawi
1. Sheikh Mohamed Kamal Ismail, Dikenal Menolak Dibayar
Sheikh Mohamed Kamal Ismail merupakan arsitek rendah hati asal Mesir. Dialah di Balik kemegahan Masjidilharam dan Masjid Nabawi seperti yang terlihat sekarang ini.
Dia bukan sekadar perancang bangunan, melainkan tokoh yang memadukan sains, seni, dan spiritualitas dalam karyanya.
Sheikh Mohamed Kamal Ismail lahir di Mesir pada 1908. Dia menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Universitas Fouad I (kini Universitas Kairo), kemudian melanjutkan studi arsitektur di École des Beaux-Arts Paris.
Uniknya, selain menguasai teknik arsitektur modern, Ismail juga memperdalam hukum Islam dan seni bangunan Islam klasik, menjadikannya figur langka yang mampu menjembatani tradisi dan modernitas.
Ketika Raja Fahd bin Abdulaziz Al Saud memulai proyek besar perluasan Masjidilharam dan Masjid Nabawi pada 1980-an, Ismail dipilih langsung sebagai arsitek utama. Pilihan ini tidak lepas dari reputasinya sebagai pakar arsitektur Islam yang menguasai aspek estetika, struktural, sekaligus hukum syariah.
Ismail memimpin desain perluasan besar yang menambah area tawaf (mataf), shaf, dan fasilitas penunjang tanpa merusak keaslian Kakbah dan bangunan bersejarah di sekitarnya.
Sedangkan di proyek Masjid Nabawi, Ismail merancang perluasan harmonis yang mengintegrasikan kubah hijau bersejarah dengan ruang salat modern yang luas. Karya ini juga memperkenalkan sistem mekanik modern, seperti pendingin udara terintegrasi, namun tetap mempertahankan kesakralan.
Salah satu kisah paling terkenal adalah keputusannya menolak menerima bayaran dari proyek perluasan dua masjid suci.
Bagi Ismail, kehormatan bisa mengabdi untuk Baitullah dan Masjid Rasulullah lebih berharga daripada harta. Sikap ini membuatnya dikenang sebagai arsitek dengan integritas spiritual yang tinggi.
Sheikh Mohamed Kamal Ismail wafat pada 2008 di Mesir. Namanya tidak selalu populer di media, tetapi bagi kalangan arsitek dan sejarawan Islam, dia adalah figur monumental. Karyanya masih hidup dalam setiap langkah jutaan jamaah yang menunaikan ibadah haji dan umrah.
2. Dar Al-Handasah, Berperan dalam Kemegahan 2 Masjid Suci
Ketika umat Islam dari seluruh dunia menyaksikan kemegahan Masjidilharam di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah, sedikit yang mengetahui bahwa di balik desain modern dan tata ruangnya terdapat jejak sebuah firma arsitektur asal Lebanon: Dar Al-Handasah (Shair and Partners).
Sejak berdiri pada 1956 di Beirut, perusahaan ini berkembang menjadi salah satu konsultan arsitektur dan teknik terbesar di dunia Arab, dengan portofolio yang mencakup proyek infrastruktur, bandara, jembatan, hingga bangunan ikonik keagamaan.
Didirikan oleh empat insinyur muda Lebanon—Kamal Shair, Nazih Taleb, Suheil Sami Khalaf, dan Khalil Chartouni—Dar Al-Handasah awalnya fokus pada proyek infrastruktur di Timur Tengah yang sedang tumbuh pesat pasca-kolonial.
Reputasinya menanjak berkat kualitas desain dan kemampuan memadukan teknologi Barat dengan kebutuhan lokal. Pada 1970-an, firma ini mulai menembus pasar internasional, termasuk Afrika, Asia, dan Eropa.
Kini, Dar Al-Handasah memiliki lebih dari 45 kantor di berbagai negara, dengan markas besar di Beirut, Kairo, London, Pune, dan Amman. Mereka dikenal sebagai salah satu konsultan teknik terbesar dunia dengan puluhan ribu karyawan lintas disiplin.
Proyek perluasan Masjidilharam dan Masjid Nabawi pada era Raja Fahd (1980-an) hingga Raja Abdullah (2000-an) menandai puncak keterlibatan Dar Al-Handasah dalam proyek keagamaan. Firma ini dipercaya sebagai konsultan utama, bekerja sama dengan kontraktor besar seperti Saudi Binladin Group.
Dalam proyek Masjidilharam, Dar Al-Handasah bertugas menyusun masterplan perluasan, termasuk desain bangunan baru, area tawaf yang lebih luas, sistem pendingin udara raksasa, serta jaringan transportasi internal.
Sedangkan dalam proyek Masjid Nabawi, firma ini membantu merancang tata ruang baru yang mampu menampung jutaan jamaah, mengintegrasikan fasilitas modern tanpa merusak harmoni Kubah Hijau yang bersejarah.
Selain dua masjid suci, Dar Al-Handasah juga terlibat dalam sejumlah proyek besar, seperti: Bandara Internasional King Abdulaziz di Jeddah, jembatan besar di Mesir dan Teluk Arab, dan proyek urbanisasi di Afrika Utara dan Teluk.
3. SL Rasch GmbH, Arsitek di Balik Payung Raksasa Masjid Nabawi dan Jam Menara Makkah
Di balik teknologi arsitektur canggih yang kini mewarnai dua masjid suci umat Islam, terdapat jejak sebuah firma asal Jerman: SL Rasch GmbH Special and Lightweight Structures.
Berbasis di Stuttgart, perusahaan ini dikenal sebagai pionir dalam bidang desain struktur ringan dan inovasi arsitektur berteknologi tinggi. Dengan spesialisasi uniknya, SL Rasch telah memberikan kontribusi monumental di Masjid Nabawi dan kawasan Masjidilharam.
SL Rasch GmbH didirikan pada awal 1980-an oleh Mahmud Bodo Rasch, seorang arsitek Jerman yang kemudian memeluk Islam.
Rasch menekuni desain struktur ringan (lightweight structures), memadukan prinsip teknik sipil, arsitektur, dan estetika modern. Filosofinya adalah menciptakan bangunan yang fungsional, ramah lingkungan, dan harmonis dengan konteks budaya.
Kontribusi paling terkenal SL Rasch adalah rancangan payung raksasa otomatis di halaman Masjid Nabawi. Payung ini berfungsi melindungi jamaah dari panas terik dan hujan, dapat membuka dan menutup secara otomatis sesuai kondisi, dan dirancang dengan material canggih yang mampu bertahan dalam kondisi iklim ekstrem.
Total ada lebih dari 250 payung raksasa yang dipasang, menjadikannya salah satu proyek arsitektur-spiritual paling inovatif abad ke-20.
Selain di Madinah, SL Rasch juga terlibat dalam desain Jam Menara Abraj al-Bait (Makkah Clock Tower), yang kini menjadi salah satu ikon modern di dekat Masjidilharam. Firma ini merancang sistem struktur ringan untuk menara jam terbesar di dunia, lengkap dengan kaligrafi bercahaya yang dapat terlihat dari puluhan kilometer.
Dalam sebuah wawancara, Mahmud Bodo Rasch menegaskan bahwa proyek di Masjid Nabawi bukan semata urusan bisnis. Firma ini menolak mengambil keuntungan besar, hanya menutup biaya riset dan material, karena menganggap kontribusi pada Masjid Nabi sebagai kehormatan spiritual.
Existing Site :
View Larger Map
No comments:
Post a Comment